KEDURANG BADAH AKU DI LAHIRKAN
PESAN PUYANG
Bekelaway bemuanai, seanak bujang seanak gadis, apit juray, tunggal juray.
- Apit dusun, apit rurah, seruguk sekurung kampung, sejagat sebale raye, negakkah Ganti Nga Tungguan.
- Lughus tali belandar papan.
- Janji nunggu kate betaroh.
- Utang mbayar piutang tanggapi.
- Ndepat mbalik, rame beghageh.
- Ndek ughang ndek ughang, ndek dighi ndek dighi.
- Berangkekalah pedang, siangilah jalan ke ayik.
- Pacak ulak di ulak’i pacak jangan dijangani.
- Seati serupukan sepincang sepejalanan.
- Serasan sekundang seghase sepenanggungan.
- Seghepat mbak li sukat seghincung mbak li tabung.
- Mbak li uwi pengarang rakit, timbul tenggelam same same.
- Ndek kecik nurut, ndek besak ngalah.
- Ndek mude ngikut, ndek tue ngipat.
- Kecik besak lanang betine, iluk jahat same meghase.
- Ndak calak, ndak beganti, ndak melawan bekenceghan.
- Apit dusun, apit rurah, seruguk sekurung kampung, sejagat sebale raye, negakkah Ganti Nga Tungguan.
- Lughus tali belandar papan.
- Janji nunggu kate betaroh.
- Utang mbayar piutang tanggapi.
- Ndepat mbalik, rame beghageh.
- Ndek ughang ndek ughang, ndek dighi ndek dighi.
- Berangkekalah pedang, siangilah jalan ke ayik.
- Pacak ulak di ulak’i pacak jangan dijangani.
- Seati serupukan sepincang sepejalanan.
- Serasan sekundang seghase sepenanggungan.
- Seghepat mbak li sukat seghincung mbak li tabung.
- Mbak li uwi pengarang rakit, timbul tenggelam same same.
- Ndek kecik nurut, ndek besak ngalah.
- Ndek mude ngikut, ndek tue ngipat.
- Kecik besak lanang betine, iluk jahat same meghase.
- Ndak calak, ndak beganti, ndak melawan bekenceghan.
makanan khas
Makanan Tradisional
Makanan Tradisional Kedurang yang MulaiDilupakan
1. Lemang Tapai Ketan Itam
Lemang adalah makanan yang biasanya disajikan dengan tapai. Meski lemang selalu tersedia setiap saat, namun keberadaan lemang akan ‘lebih terasa’ pada saat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Saat ini lemang banyak dijual di banyak daerah, namun para penggemar lemang akan sepakat bahwa lemang yang paling enak adalah lemang yang berasal dari daerah asalnya, yakni Kedurang.
Lemang bisa dianalogikan dengan lontong jika di jawa ataupun ketupat, hanya saja rasanya dan cara pembuatannya sedikit berbeda. Perbedaan terutama karena adanya unsur santan, sehingga membuat lemang lebih gurih dan relatif berlemak. Perbedaan lainnya adalah bahan pembuatnya. Meski bahan dasar lemang adalah beras, namun ada juga yang menggunakan beras ketan atau bahkan ketan. Yang membedakan beras dan beras ketan atau ketan adalah daya tahan serta cita rasanya.
Cara membungkus lemang hampir serupa dengan lontong, namun cara memasaknya yang membuatnya juga cukup unik, yakni dengan memasukkan beras ketan ke dalam bambu. Selanjutnya bambu tersebut dibakar. Cara membakar lemang akan menentukan rasa. Secara tradisional, bambu ini biasanya dibakar dengan menggunakan kayu bakar selama waktu tertentu. Sedangkan di jaman modern seperti sekarang, metode memasaknya beraneka ragam, bisa menggunakan oven, microwave, ataupun kompor gas. Namun tentu saja rasanya tidak seenak lemang yang dimasak dengan cara tradisional.
Pengalaman penulis sendiri, lemang yang terbuat dari beras ketan lebih enak dimakan bersamaan tapai ketan hitam, dibandingkan dengan lemang yang terbuat dari beras. Rasanya yang gurih serta teksturnya yang kenyal membuat lemang beras ketan lebih cocok di lidah penulis. Sedikit subyektif memang, tapi kenyataannya, lemang beras ketan lebih cepat habis dibandingkana lemang beras biasa.
Berikut adalah bahan-bahan yang dipergunakan untuk membuat Lemang.
Isi1 kg Beras pulut (hitam atau putih)
5 butir kelapa (diambil santan kental dan encer)
Garam secukupnya sesuai selera
Tabung Pembungkus- Daun pisang muda secukupnya- Buluh lemang yang telah dibersihkan (bambu yang berkulit tipis yang dipergunakan khusus untuk membuat lemang, bukan bambu berkulit tebal yang biasa digunakan untuk membuat perabot.
Cara membuat
1. Garam dilarutkan secara merata kedalam santan, lalu tuangkan ke dalam beras pulut. Adonan tidak boleh kebanjiran dan jangan sampai kekeringan pula.2. Masukkan adonan ke dalam tabung bambu yang sudah dilapisi oleh daun pisang muda. Tinggi adonan kira-kira sepanjang tabung dikurangi sekitar 7 cm dari permukaan tabung.
Isi1 kg Beras pulut (hitam atau putih)
5 butir kelapa (diambil santan kental dan encer)
Garam secukupnya sesuai selera
Tabung Pembungkus- Daun pisang muda secukupnya- Buluh lemang yang telah dibersihkan (bambu yang berkulit tipis yang dipergunakan khusus untuk membuat lemang, bukan bambu berkulit tebal yang biasa digunakan untuk membuat perabot.
Cara membuat
1. Garam dilarutkan secara merata kedalam santan, lalu tuangkan ke dalam beras pulut. Adonan tidak boleh kebanjiran dan jangan sampai kekeringan pula.2. Masukkan adonan ke dalam tabung bambu yang sudah dilapisi oleh daun pisang muda. Tinggi adonan kira-kira sepanjang tabung dikurangi sekitar 7 cm dari permukaan tabung.
3. Setelah itu, bakar tabung bambu yang sudah berisi adonan dengan cara menegakkannya pada sebuah sandaran. Sandaran diletakkan sedemikian rupa (berada di antar sabut dan tabung bambu) sehingga tabung mendapat panas dari kayu yang dibakar. Pembakaran ini akan berlangsung kira-kira selama 3 jam. Balik-balik posisi tabung bambu sehingga semua bagian mendapatkan panas secara merata.
2. Bipang
Bipang khas Kedurang terbuat dari beras ketan. Rasanya manis keasaman, cara membuatnya adalah :
1. Ketan dimasak seperti menanak nasi terlebih dahulu
2. Setelah masak kemudian ketan tersebut dijemur hingga kering
3. Ketan yang telah kering lalu di gorang dan diberi gula serta diberi air jeruk nipis
4. Bipang yang telah digoreng lalu dicetak
Sistem Pertanian
Pertanian di Kedurang
Masyarakat Kedurang berprofesi sebagai petani pada umumnya. Petani di Kedurang umumnya menanan padi dan kopi. Seperti penulis paparkan sebelumnya, kondisi alam Kedurang bertebing, dan tanahnya mengandung bebatuan. Salah satu dampaknya adalah sawah yang ada di Kedurang banyak berbatu, namun sangat subur. Begitu juga dengan kopi, petani menamnya dibukit-bukit dibelakang dusun.
Di Kedurang terdapat dua sungai, yaitu sungai Kedurang atau “ayek Kedurang” (air Kedurang) dan “rarai ghenik” atau “ayek anak” yaitu sungai yang ukuranya lebih kecil dibanding sungai Kedurang. Sungai Kedurang dan ayek anak terpisah oleh dusun-dusun yang ada diKedurang. Posisinya terletak di sisi depan dan belakang dusun sepanjang Kecamatan Kedurang.
Jembatan tradisional adalah jembatan tradisional yang digunakan penduduk Kedurang pada jaman dulu sebelum adanya jembatan permanen dan jembatan gantung permanen. Mereka menyebrangi sungai, karena sawah masyarakat Kedurang terletak diseberang sungai.
Dengan adanya air sungai sistem isigasi sawah menjadi lancar. Sawah terairi dengan mudah, sehingga hasil panen bagus. Beras Kedurang terkenal hingga ke Pulau Jawa. Beras kedurang berkualitas baik, berasnya putih, pulen dan beraroma wangi sehingga enak bila memakannya.
Petani padi menanam padi maksimal tiga kali dalam setahun. Saat menanam padi, penduduk melakukannya dengan cara berkelompok. Para pekerja kelompok ini diupah oleh orang yang memiliki sawah dengan padi hasil panen kelak. Yang melakukan kerja kelompok ini adalah kaum ibu-ibu.
Tidak hanya dalam menanam padi mereka bekerja kelompok, namun juga saat panen tiba. Memotong padi, merontokkan padi mereka bekerja kelompok. Namun dalam proses penjemuran padi hingga penggilingan padi mereka tidak bekerja kelompok lagi, hanya yang memiliki padi yang mengerjakannya.
Untuk tempat penyimpanan beras orang Kedurang menyimpannya di sebuah pondok yang terletak di depan atau disamping rumah. Lumbung padi ini di sebut “Tengkiang”. Tengkiang berukurang empat kali tiga meter persegi.
Untuk meggiling padi hingga menjadi beras masyarakat Kedurang dulu menngunakan tumbukan yang dinamakan “lesung”, dan alat penumbuknya dinamakan “anak lesung”. Yang menumbuk padi menjadi beras biasanya adalah ibu-ibu. Namun juga bisa dilakukan oleh kaum pria.
puyang serunting
Legenda yang terkenal di Kedurang adalah legenda Puyang Serunting atau yang tak lain adalah si Pahit Lidah. Menurut cerita dari narasumber yang penulis dapatkan, Puyang Serunting adalah leluhurnya orang Kedurang. Bukti yang mereka paparkan mengenai kebenaran Puyang serunting sebagai nenek moyang masyarakat Kedurang adalah keturunannya yang hingga saat ini masih hidup di Kedurang.
Keturunan Puyang Serunting ini, memiliki ciri-ciri berjari telunjuk bengkok. Kedua telunjuk dari kedua tangan keturunan Puyang Serunting ini tidak bisa didempetkan antara satu dengan yang lain.
Menurut legenda, Puyang serunting ini berasal dari Tanah Pasemah. Kemudian ia mencari ilmu ke Tanah Jawa, yaitu ke Kerajaan Maja Pahit. Disana ia menemui Raja Maja pahit dan kemudian diludahi olehnya sembari berkata “Pulanglah kamu, nanti apa yang kamu katakan akan terjadi”.
Maka pulanglah Puyang Serunting ke tanah Pasemah. Diperjalanan ia menemui seseorang sedang memakan buah berwarna hijau, kemudian ditanya dengan Puyang Serunting “apa yang kamu makan itu?” namun orang yang memakan buah maja yang manis itu tidak menjawabnya. Disumpahnya oleh Puyang Serunting “jadilah pahit buah maja”, maka dengan seketika buah maja yang manis menjadi pahit. Dan masih banyak lagi sumpah Puyang Serunting lainnya.
Puyang Serunting juga pernah menduduki Tanah Bengkulu, terbukti dengan adanya legenda yang sama di suku Rejang dan suku Serawai yang mengakui Puyang Serunting atau Si Pahit Lidah sebagai nenek moyang mereka. Begitu juga dengan masyarakat Kedurang dan suku Pasemah.
Terjemahan dalam bahasa Kedurang :
Puyang kami jeme gerut, namenye Puyang Serunting. Die mintak ilmu ke Jawe, ke Raje Maja Pahit. Udim tu diliughi nga Raje Maja Pahit. Katenye baleklah kaba, kele tuape ye kaba kicikka la ka njadi la itu.
Baleklah Puyang Serunting ke Pasemah, dijalan die betemu nga jeme dang makan buah. Ditanyeinye “tuape ye kaba pajuhi tu?” anye die maju mendam. Udim tu dikicikka nye njadila pait buah tu. Make pait la nian buah Maja titu, awak awale manes tegalau buah itu.
Tradisi Adat Pencucian Benda Pusaka
Pencucian benda pusaka tidak hanya ada di daerah Jawa saja. Di Kedurangpun ada tradisi pencucian benda pusaka. Benda pusaka ini berupa keris. Keris keramat ini dicuci pada bulan Muharam.
Orang yang melakukan pencucian benda pusaka ini tidak boleh orang sembarangan. Yang dapat mencuci dan menyimpan benda pusaka ini hanyalah keturunan Puyang Serunting yang bertelunjuk bengkok. Keris ini dicuci dengan air jeruk nipis hingga bersih.
Kirimkan Ini lewat Email“Merajeku jeme gerut”
“Merajeku jeme gerut”
Makkk….mamang balik, die dang di Simpang Mio, (aku belari menyongsong Umak dang nyuci baju di bak belakang). Dimane dengah pacak…kate umakku sambil bergegas ngudimkah cucian pakaian. Kate mubil Drun, die tadi betemu di simpang Mio dang moto-moto ayik terjun Cughup Tenang. “Nah, ame mbak itu nak besiap. Lah pacak makwo dengah? Lum tau, aku tadi dang main geling, di jalan betemu mubil drun ngenjuk tau kalu mamang lah balik. Njuk tau kudai, pegilah. katekah nga makwo mamang dang di jalan, siapkalah nasi angat, ambiklah ikan mas di pauk tu. Kele umak berayak ke sane nyiapkah ramuan gulainye, Au…mak (tanpa basa-basi langkah seribu menuju rumah makwo).
Tok…tok…tok…. Asalamualaikum… wo.. makwooo……. makwooo (terdengar suara derit lantai papan yang sudah seumur dengan presiden pertama AS, menuju pintu) Walaikum salam,… sape titu….?? Madyan Wo…Madyannnn..(sambil nunggu pintu dibuka, kuase-asei geling di kucikan celane, sambil temenung dengat…?dik ape-apelah fikirku, melepas tanganku dari kucikan celane), sambil nafas naik tughun, kuomongke pesan umak dengan makwo mangke die besiap, mamang kah datang dari Jakarta, sekarang masih di jalan. Satelah dengagh ceriteku, makwo langsung besiap-siap, merapikah rumah dan sekaligus nanak nasi dengan jumlah lebih dari biasenye ndik rumbungan mamang yang nak datang.
Udim ke rumah makwo, aku belghi ke lapangan parak ghumah pangeran di bawah batang ghukam, disane kance-kanceku lah nunggu, ngajak main geling lagi. Dasar nasib sial, geling-geling sepokok dengan Apri yang kami dapat dengan susah payah melanting gale dalam tebat, waktu aku belari nyampaikah pesan Umak. Akhirnye aku dikde di ajak lagi maen geling malah kene dende due kali lipat dari geling yang kulengitkah tadi. Anye sekali ini aku dik nyesal, karne aku teringat mamang hari ini balik, luk biasanye kalu die balik die selalu menyempatkah ngenjuk duit ndik pona’an-pona’an nye di dusun (momen inilah yang selalu kutunggu-tunggu) mbakitulah luk aghi ni, aku fikir dengan mudah kugenti geling-geling yang kulengitkah tadi karne aku dapat jatah dari mamang kele, aku tersenyum mikirkah berapa ribu duit kah dienjuk mamang nga aku. Jadi selame beberape jam, aku menjadi penonton, nak maen dik bepokok lagi. Sedangkan utang geling harus dibalikkah paling lambat pagian pagi udim istirahat keluar main.
Menjelang dzuhur aku dan kance-kance mulai beranjak dari arena menuju rumah masing-masing. Dik luk aku, aku dik nuju ghumah melainkan ke rumah makwo. Dari kejauhan kinaan li ku ade due mobil sedan sikok warne hitam dan sikok lagi warne abang ati. Dalam benakku mobil mamang tini ni. Kuparak’i dan kubace mereknye same gale BMW. Alap pule mubil mamang ni dalam ati. Dasar dakecik dusun lum puas kalu lum natap, kutataplah kace spion mubil abang. Dik tau ngape ade bunyi sirene luk ambulan bebunyi bias kiamat. Tekanjat………tepucat daiku luk nasi basuh, merusak aku ni. Peghaseanku dik tekeruan agi, ase kah umban jantung.
Makmanelah ame rusak? kah makamane bakku nggentinye kele? aku terus befikir. Sedangkan sirene masih meraung-raung dikberenti-renti. Daripada aku nak nggentinye kele lemaklah aku belaghi saje (tanpa fikir panjang aku belaghi). Sate lah jauh, masih kuperatikah mubil tu, akhirnye berenti juge bunyinye, lege juge asenye. Awak masih takut-takut aku nuju ghumah makwo, anye dik berani lewat pintu depan, beghaninye lalu wah gaghang. Sesampainya di belakang kukinai banyak tetangge makwo, sepupuku, kulu kiligh mbasuh piring nga beres-beres bekas idangan.
Aku dik nginak umak di belakang, cuma ade tetangge nga sepupuku tulah dang begawi beres-beres. Aku langsung nuju bebar, kusingkapkah dikit nginak’i suasana dalam rumah. Disane kukina’i ade gale, umak, makwo, mamang nga bibik, wak’an, nga famili-famili lainnye. Ku kinai kambangan keluarge dang rangap negaghi cerite mamang, sambil sesekali tetawe ngera’kak, sesekali saling cintung umungan li kambangan kerbai sebelah nining bugagh. Ribang nian aku nginaknye, ku kinai pule parak duaghe ade jeme asing bagiku, mungkin ini pengawal sekalian supir pribadi mamang. Jemenye ganteng, gempal, ghumbak cepak gi mude. Matenye nganan ngiri ase kah neguk jeme bulat-bulat, geme ige aku nginaknye. Lum lame aku ngintip di duaghe, ade tetangge ngguil belakang ngajak makan. Karne lah ndi tadi nak makan, semangat nian aku nuju idangan ye lah disiapkah tetangge makwo.
Anye…….sate tekinak li ku, piring kosong, badah nasi, pembasuhan tangan, timun ditetak-tetak, ikan asin bulu ayam dikit, sambal caluk ade se sidu, terus nga semangkok gulai masam ancau nga iku’ ikan mas bekas kubitan jeme. Sekilas pemandangan ini mbuat aku mual, lengit gale selera makan, awak lah lapagh dengat agi sapean. Dasar dakecik, kutanyekah agi nga jeme yang ngidangkah nasi tadi. Mada’i giade gulai luk ini saje, uji umak tadi ikan mas ingunanku lah digulaikah, sambil merajuk. Tetangge makwo yang ghapat dipanggil Sri njelaskah seadenye saje. Inilah mbuat aku nak nangis, anye lum telebus. Laju sepupuku manggil umak yang lagi nengaghkah cerite mamang, dibisikkanye kalu aku dindak makan karne dik begulai agi. Umak laju pegi ke paun nemui aku.
Diumunginyelah aku tadi, diujuk-ujuknye, kalu ikan mas ingunanku tadi lah abis ndik njamu rombongan mamang, kele kah digentinye nga ikan kalang besak gulehan mbeli di kalangan minggu. Anye jangan nangis agi, sambil ngenjuk duit Rp. 50,- ndik mbeli geling. Dasar umak lah tau nian nga aku, kalu lah nangis dik begulai makan cengki die ngancei aku makan sambil nyuapi nasi ye lah dilamaikanye nga sambal campur ikan asin. Walhasil, hari itu cuma makan nasi sambal nga ikan asin saje, kuah asam acau dikdke dituleh agi, karne geme makannye bekas kubitan jeme gale.
Ude makan, masih ngindil-ngindil di paun sambil bediang, dikbeghani ke depan betemu rombongan mamang. Sambil bediang aku ngayal berape ribu lah mamang kele kah ngenjuk duit, tahun lalu enjuknye Rp.7500,- susukan mbeli rukuk Gi Pe, due tahun lalu Rp. 5000,- susukan mbeli kerupuk, tahun lalu, tahun lalu….. aku lah dik tingat agi. Sambil melamun diktaunye mamang lalu depan dai nak ke kamar mandi. Sambil basa basi berenti tepat di depanku bediang, nah Madya….?? …ngape dik ke depan betemu nga mamang…?? cukah sujud kudai nga mamang ni (sambil mengulurkan tangan, dan kusambut tangannye), maluan mang, jawabku malu-malu. Lah kelas berape, lah besak menagh, nga banyak agi pertanyaan tentangku. Aku jawab seadenye saje, dan beliau berlalu menuju kamar mandi.
Sate lah agak sepi, beguyur ke depan, tekinak li ku mamang dang sembahyang, tikagh-tikagh pughun lah digelar gale, ade selusin lebih cangkir kupi kosong disana sini, wak’an lah ngguling diranjang nenek ye bekelambu, mbakitulah pule kukinai sepupuku dang nuggit mberesi cangkir-cangkir nga asbak rokok yang dik tekeruan agi isinye kemane-mane. Kapuh tetangge ni kulu kiligh ade ye ngambik sendal ye bajik kanye dibelakang lemari, ade ye mbawe kuali besak nga dandang ndik nyighang ayik, pokoknye sedakde nye sibuk kiamat, ntah tuape gawi kanye ndik nyambut rombongan jeme balik ni tadi. Rupenye petang itu rombongan mamang lah istirahat gale, anak-anaknye nga supir ntah midang kemane keliling dusun, yang tinggal mamang, wak, nga bibik saje yang bejelintu’an tidu’ di kasur nga sarung bantal ye masih mbau toko. Jarang nian tekinak sehari-hari bende luk itu kalu dikde dalam lemari. Pokoknye sekali mamang balik segale baru, segale lemak, segale rapi dienjukkah gale.
Nduk, jeme ni lah istirahat gale, bejelintu’an, dimak pule aku nak mara’inye kalu dang mak ini (fikirku dalam ati). Lemaklah aku ke depan kiah, ngumpul nga kapuh dengasanak di gaghang depan. Di gaghang kudengaghi cerite dengasanak-dengasanak nga kelawai sebelah makwo, nceritekah mamang njadi jeme disegani, jeme bepangkat, sambil sesekali ngomong lunde tentang pangkat mamang. Walhasil gara-gara nengaghkah cerite dengasanak nilah aku mpai pacak kalu mamang tu Jendral bebintang due. Anye aku masih bingung ngape lah njadi Jendral awak bintangnye masih due, kate guruku di SD, Jenderal tu bintangnye ade empat bukan due luk mamang, anye dik beghani nanyekanye, ye penting Jendral, mpuk berape kinah bintangnye, aku nak luk die. Sambil duduk meghangkung nengaghi cerite aku ngayal aku lah njadi luk mamang, ade pangkatnye, bebaju warne ijang, besepatu licin ngecak’i tungkat alap. Sambil senyum-senyum dikit aku mbayangkah njadi luk mamang, ngecak’i senampang mesin luk di filem-filem Rambo. Saking kelema’an ngayal dik tau agi kalu rumbungan dengasanak lah dikde becerite agi. Aku beghangkat ndi duduk, teghase lah geghit gale betis karne lah lame ige duduk meghangkung. Dalam ati aku bangga nga mamang, aku nak njadi luk mamang ame lah besak kele.
Ai, balik kudai,…. anye sebelum balik aku teghingat nga bajik’an duit njuk’an umak Rp. 50,- ndik mbeli geling tadi. Duitnye kubajikah di pucuk lemari di paun parak badah bediang, karne badah duduk tadi lah njadi badah puntung, njadi kalu nak gambik duitnye harus naik’i lemari. Sambil nginak kanan-kiri, aku mulai naik lemari. Dasar lemari tue badah penyimpanan dik kuat agi penguncinye, ampir sampai nga badah duit tadi, dik taunye badahku bepaut tadi liut, laju tegerihul, duaghe lemari tenganga due-duenye. Kina’an gale isi lemari, ade gurengan ikan mas, ade sambal gureng, ade pule macam-mcam gulai baguk’ lah penuh li gulai. Nginak’i isi lemari tu, laju mbuat aku dikpecaye agi nga jeme dighumah ini. Mada’i aku dienjuk gulai sambal, ikan asin, nga sisa gulai jeme. Padahal dalam lemari masih banyak gulai lemak-lemak yang masih pacak dimakan. Dasar nian, makwo ni, umak ni, pengeghit nga aku, sedakde jeme ni jahat gale nga aku, ….karuuttttt gale nga makan….pengeghittttttttttttttttttttttttttt…..(aku nangis sambil belaghi ke ghumah, kutinggalkah bajik’an duit Rp. 50,- tadi).
Sampai di ghumah, aku langsung masuk kamar, disane aku nangis sejadi - jadinye, keting bekas licak dik kubasuh agi, langsung besaput. Sambil sedu’an teghingat gale nga gawi petang tadi, teghingat nga umak dik sayang agi, teghingat nga makwo dik luk kemaghi, ame aku midang badahnye selalu disiapkanye makanan lemak-lemak. Tuape kendak diepenuhinye gale, anye sate mamang lah balik dik bedie teghingat agi nga aku. Bak, kelawai, muanai lah kisit gale nemui mamang di ghumah makwo, ngumpul gale disane. Ase dindak idup agi, lemaklah mati kiah….!!!
Luk biasenye kalu dang merajuk atau kene marah aku selalu ngayal. Sekali ini aku ngayal kalu lah besak kele kah njadi jeme gerut nian. Kah mbeli mubil alap banyak-banyak, dikbedie jeme kah kuajak’i midang, kah kutinggalkah gale midang jauh. Umak, bak, nga sape kinah di ghumah ini dikbedie kuajak’i. Mangke jeme tau sape nian aku ni, ame jeme lah mintak ajak’i midang dikbedie kah kuajak. Sate lah udim ngayal biasenye aku senyum-senyum diwik, mbayangkah kalu aku lah njadi jeme gerut kele. Akhirnye aku tetiduk.
Luk biasenye kalu dang merajuk atau kene marah aku selalu ngayal. Sekali ini aku ngayal kalu lah besak kele kah njadi jeme gerut nian. Kah mbeli mubil alap banyak-banyak, dikbedie jeme kah kuajak’i midang, kah kutinggalkah gale midang jauh. Umak, bak, nga sape kinah di ghumah ini dikbedie kuajak’i. Mangke jeme tau sape nian aku ni, ame jeme lah mintak ajak’i midang dikbedie kah kuajak. Sate lah udim ngayal biasenye aku senyum-senyum diwik, mbayangkah kalu aku lah njadi jeme gerut kele. Akhirnye aku tetiduk.
Lah udim sembayang ashar, tambah banyak rugu’ kampuh bedatangan, ade ye nak nengagh cerite saje, ade ye nak nawak’kah anaknye mangke diajak mamang, ade pule ye bebasa-basi katah kiamat, ujung-ujungnye nak mintak duit mbeli rukuk, mpuk sebungkus lagi jadilah. Ade pule ye nak numpang ngupi saje. Macam-macam nian kendaknye, sedakdenye dilayani li mamang. Mimang nian Mamang njadi panutan jeme dusun, banyak endung-endung kalu ngumungi anak-anaknye; “ iluk-iluklah belajagh.. rajin-rajinlah sekulah, mangke kele pacak luk mamangan Madya, Alex Oesman. Die tu njadi Jendral karne galak nengagh umungan jeme tue, galak belajagh, nga dikde banyak ige gawi luk dengah, ame dengah nak duit saje, nak main geling saje, diajung umak lagi dindak, makmane nian nak njadi Jenderal ”. Luk itulah pule mpuk umak nasihati aku, ame dengah dindak nengagh umungan, dik kuajung kabah milu mamang, urung njadi Jendral. Namenye dakecik SD, dang diumungi nengagh, nurut kate ndung, anye sate lah udim diumungi masih kinah nyalat, nenincit itulah gawinye.
Petang itu tunggu tubang pantawan, famili-famili parak ghumah, keluarge dekat sekaligus alim ulama diajak gale. Uji kah ade syukuran dikit, mbagu’kah anak mamang lah tamat sekulah AKMIL, sekaligus minta doa ruguk kampuh ndik anaknye ye tue kah nyambung S2 ke Inggris sane. Petang tu pokoknye semliwai kapuh kaum kerabat sibuk kulu kiligh nyiapkah aguk’ an. Mbak itulah pule kapuh umak nga Bak lah ndi sane gale mula’i siang tadi, mikut meramikah aguk’an. Dengasanak sughang yang dikde milu kghumah makwo, karne die dang ade gawi ngapalkah lagu “Serasan Sekundang” ndik pementasan lagu daerah di Pelimbang minggu depan, njadi die dikde mikut ke ghumah makwo.
Sangkup magrib cuguk tiduk, sate kina’an aghi lah akap. Datuk lah ngebang di masjid Akbar, waktu magrib lah nyampai ngajak kite sembahyang gale. Engkas licak lah keghing di betis luk peta pulau sumatera. Sambil kluagh kamar tekinak dengasanak lah bekain cete betuguk itam dang rukuk sembayang magrib. Bebar di kace nako lah di tutup rapi, lampu depan lah idup gale, suaghe sesiagh lah bebunyi dikberenti ngibur telinge siape kinah ye masih jengar. Mate masih ngantuk pepuguan mbukak duaghe sambil ngidupkah lampu PLN nak kayik mandi.
Sambil bekain anduk udim mandi langsung ke luan nanyekah Bak nga Umak. Dasar Kamaludin sibuk nga gawi nye sughang, die njawab’i aku seadenye saje. “Bak nga Umak dang di ghumah makwo, nulungi jeme baguk’an”. Kalu kabah nak nyusul, nyusul lah diwik aku dindak ngancei, tadi ade bawe’an Umak di bakul tu ndik kabah. Makanlah sughang. Aku lah ude makan petang tadi, jawabnye ketus. Nengaghi jawabannye sengkiap nak nangis anye urung karne aku lah bewudhu’. Satelah risai gale, aku besiuk baju, kah mbukak’i bakul bawean Umak. Ku kina’i isi dalam bakul, ade nasi sebungkus diibatkah nga daun pisang, splastik bihun tumis, ade gulai besantan isinye teghung masih bulat betangkai ye terakhir ade balung ayam sutik lah udim digureng mbak bai keting kakangku, ngah ade pule sambal cingeh keribanganku. Dikbedie palak ikan mas, atau balung ayam bangkok luk biasenye diibatkah umak ndik engkuk kalu ade jeme baguk’an, semele nian aku saghi ni, sah ndi siang tadi makan dibedie ye melemakkah ati. Segalenye ndik mamang gale. Anye karne lah lapagh, mane dikbedie agi ye meratikah, laju gulai nga nasi seibat bantas li ku sughang.
Udim makan, aku marak’i Kamaludin dang benyanyi sambil begitar, mak’ini bunyi lagunye:
Lagu Serasan Sekundang
Ui….. lemak niannnn aku lah ude
Tinggal besame…. nga jeme tue
Balik keghumah lah ade gale
Kapuh meraje lah kumpul pule
Tinggal besame…. nga jeme tue
Balik keghumah lah ade gale
Kapuh meraje lah kumpul pule
Midang-midang keliling ume
Ngambik ingunan… di pauk kite
Dami lah balik lah ade gale
2X pailah kite makan gegale
Ngambik ingunan… di pauk kite
Dami lah balik lah ade gale
2X pailah kite makan gegale
Mimanglah elok adat dikale
Kite diatur ahli meraje
Lemak-lemaklah.. ui jeme tue
Kami ye mude kah nguruskanye
Kite diatur ahli meraje
Lemak-lemaklah.. ui jeme tue
Kami ye mude kah nguruskanye
Segale gawi sampai ngguk ngudim
Jangah lah lupe tingkah perbase
Jeme ye mude nengagh kah kate
2X Itu pancinye jeme Semende
Jangah lah lupe tingkah perbase
Jeme ye mude nengagh kah kate
2X Itu pancinye jeme Semende
Bejalan-jalan lemak bekance
Dikmak banyak dik kuawe sughang
Pailah bejalan sebimbing kite
Itu namenye Serasan Sekundang 2X
Dikmak banyak dik kuawe sughang
Pailah bejalan sebimbing kite
Itu namenye Serasan Sekundang 2X
Sebenarnye aku marak’i die li ade kendak nak mintak antat ke badah makwo, soalnye aku nak marak’i mamang sape tau ajungnye mbeli rukuk lagi luk taun lalu, kalu ade susuknye kah kuambik, ndik mbayar geling ye kulengitkah siang tadi. Mangkenye mangke die dik marah, aku sok nanye-nanye tentang lagunye ye mpai dinyanyikanye tadi. Soalnye die ni ribang nian kalu ade ye betanye tentang daerah Semende, apelagi tentang lagu dan pantun-pantun Semende.
Kang, ngape kamu ni semangat menagh nak nyanyikah lagu jeme dusun mak ini..? banyak ige lagu baru ye ngetop luk di tivi-tivi tu. Ade Peter Pan, Nidji, ade pule rumbungan Dewa 19, lagunye keren-keren dik luk nyanyian kamu ni, base dusun gale. “Ui..kabah, base kite ni jeme Semende, njadi nak bangga nga gawi dusun kite diwik. Kalu nak milu-milu jeme saje gawian, retinye kite ni njadi ikuk’ jeme, pacak kabah nga ikuk’. kepacak’annye ndik nepak atau ngusir nyamuk saje. Kina’ilah ikuk’ sapi, ikuk’ ayam. Nah carenye, kalu nak cete mikuti care mereka tu ndik memperkaye jenis lagu kite ni, asal jangan kite rubah prinsip dasar base kite, mbak itu kabah.” (sambil ngumung melodi gitarnye dikberenti nggual lagu Serasan Sekundang). Ai, kamu ni cacak belagak saje, sok-sok nak nahankah adat kite…? (biaselah bujang kecik Semende, sukagh menagh nerime ide positif. Tuape nian kepacak’an kabah, mpai pacak begitar setetak sekutung saje lah begaya, kabah tu sekulah Teknik, kanye sekulah seni, kateku dalam ati). “Bukan cacak belagak atau sok-sok an luk kate kabah tu Ding. Anye kite ni nak ade ciri khasnye, mangke jeme keruan siape nian dighi kite ni. Ude tu sape agi kah makai, nga ngembangkah gawi dighi kite ni kalu bukan kite diwik”. Galak kabah diumungkah jeme daerah Anu misalnye, awak kabah tecuguk di Semende ini, lagu Semende sutik kabah dik apal…..?? (aku tediam, kene sekak). Aku terus tediam, soalnye fikiranku masih tefikir nga bakal duit njuk’an mamang kele.
Aku masih ngayalkah duit pengenjuk’an mamang kele, soalnye kalu dik dapat pengenju’an mamang, lukak ude istirahat dik tau nggenti geling Apri, dik beghani aku sekulah kalu lum dapat duit. Anye dik beghani minta antat ke badah makwo.Nak pegi sughang aku gi takut, akap gale jalan. Jarang menangh ye galak ngidupkah lampu di depan ghumah, alasannye bayaran PLN mahal, padahal kalu 5 watt saje kalu dik kah mahal menagh, anye entah base pendapatan jeme di dusun dik besak luk jeme di kota. Aku masih tebayang nga dai Apri, cengki marah menagh kalu pagi aku diktau mbayar geling siang tadi. Aku takut nga die, die galak nggucuh, badan besak lah die, mane kuat ngaguk pule. Mane beghani aku kalu ajaknye belage, pening palak ku mikirkanye. Akhirnye aku ngibe-ngibe minta antat nga Kamaludin ke ghumah makwo alasanku nak nggaghi umak, anye die tetap saje dindak. “Aku lah ude kesane siang tadi, lah betemu nga rumbungan mamang, lah udim gale salaman, lah ngupi lah makan disane pule. Jadilah, mpuk kabah mbak itulah pule. Tadi lah dibawekah umak bakul, tuape gawi agi kabah luk penting menangh kesane….!!! uji lah ngamuk siang tadi karne dik disisakah gulai, njadi ndik ape agi kabah kesane, mane aghi lah malam”. Anye kabah, aku lum salaman nga mamang…!!!(kateku agak nyegak dikit, ndik alasan). “Jadilah kudai kabah kesane, tadi lah udim, aku lah nginak kabah ngumung di paun, nyelah dikde..??” (aku tediam, kene sekak sekali agi) aku lah mbauk luk kah nangislah, anye lum telebus.
Ude ngumung mbak itu die becerite.Madyan, base titu tu meraje kite, kite harus hormat nga die, kite harus baik nga die, jangan kurang ajar, kite beduse kalu kite kurang ajar. Pacak dikde kabah. mbak ini mamang lah balik kah baguk’an, tadi lah ditulungi gale, bemasak, betanak, sampai mbuatkah tarup lah ude gale. Umak, Bak, kelawai kabah, muanai kabah, cebuk an kabah, lah nulung gale. Memang seharusnye mbak itu gawi kite. Sekarang ni, tinggal urusan kapuh pejadi kite nungguinye. Sekarang aku nak becerite dengat. Cerite ni ndik ngenjuk tau kabah saje. Bukan nak jahat apelagi mecah belah, mangke kabah kele pacak nentukah ye baik dan buruk dimase datang. Nah sekarang aku nak betanye. Beghape ughang rumbungan tadi balik ke dusun..?? (aku mulai ngitung…) ade 8 ughang temasuk supirnye ye bepalak cepak, kateku seadenye saje.
Hahahaha…haahha..hahaha…Supir kate kabah…? itulah kabah retinye lum tekeruan, base die tu nyelah lah yang nak diagukkah tu, ye mpai udim sekulah AKMIL tu. namenye Ikbal Putra yang ade di photo di ghumah makwo waktu masih inguwan luk kabah nilah dulu. Nah yang tue tu namenye Asri Abadi yang sekarang nak S2 ke Inggris sane, anye dikpernah ndie die tu balik dusun, njadi wajar kalu kabah dik kenal nga dengasanak kabah ye itu. Ikbal Putra ni jarang pule balik. Mungkin sate bephoto sekali itulah die balik dusun, sampai mak ini mpai balik agi. Adelah Ghepungan 15 taun dik balik ke dusun. Namenye saje jeme dusun anye dik pernah balik dusun. Anye tuape namenye anak meraje masih jurai dighi nak dianjamkah kinah.
Aku kah besejarah dikit, galak kabah nengaghinye..? “Au. Kang, anye antat aku kele, kateku besyarat” (die nginak’i jam) Au, kele kuantat. Ntah ape maksud dengasanak ini nginak’i jam sebelum jawab umunganku. Die mula’i becerite. Ame kate umak mamang tu dulu gi kecik, tulin luk kabah nilah, mane inguwan, makan dumi, merajuk itulah gawinye. Palaknye tu taguk, masih kinaan li kabah makini aghi, keningnye mbak itulah pule sentul luk ikan Lou Han. Nah, die tu dulu waktu mikut umak nga bak kelas 5 SD, sampai tamat SMA. Belage di sekolah penggawiannye nga kekanceannye Sah ndi Semende, karne jeme kite dulu dindak benagh dikatekah jeme Dusun, Apelagi James Bond (Jeme Semende Besak Di Kebon) inilah masalahnye. Sampai-sampai die nutus palak kancenye sekolah nga batu bata. Karne itulah pule mamang tu sempat masuk penjare seminggu lebih, laju bak ngurusinye nepung anak jeme yang ditutusnye palak tu. Karne itulah pule laju mamang tu urung kuliah, karne duit ndik daftar kuliah tegenti ndik nepung kancenye belage. Mamang tu dulu tekenal di sekolahannye, ngaji pacak, pidato cete, pendiriannye teguh, ame rengking sekolah dik pernah dibawah tige besak, dari SD sampai SMA mbak itulah saje, mangkenye mamang tu nak Bak kuliahkah, karne potensinye pacak ndik mbangun dusun kite Semende. Anye tuape lah nasib die, ude SMA betemu nga kance belage, laju urung kuliah. Ude nepung anak jeme tu laju mamang dikeluaghkah ndi penjare, bedamai.
Kuliah urung, mbuat mamang tu dulu sempat nak balik dusun bekebun kawe milu neng bugagh. Untunglah bak bersikeras dik ngajung, percuma saje sekulah di Pelimbang kalu nak balik wale, ngelipat luk anjing ngepit ikuk. Nah akhirnye bak ngajung die tes tentra atau pelisi. Anye kalu tetap nak kuliah nunggukah kudai makcik ude kuliah setaun agi, karne makcik tu bak pule yang nguliahkanye. Kalu nak taun ini biayanye bak diksanggup, mane anak Bak banyak pule waktu itu pangke dang dumi gale makan. Akhirnye die nurut, nak ndaftar tentra. Sambil nunggu tes tentra mamang dulu mikut proyek irigasi tengah utan. Lucunye waktu itu ade masalah logistik, sampai seminggu lebih mamang nga kanceannye di utan itu dik dikighimi jeme nasi nga makanan-makanan lainnye. Nak balik lah tanggung gaji lum dibayar, ujung-ujungnye seminggu di utan itu die nga kekancean Cuma makan Kates selame seminggu. Singgenye pas buang hajat same gale pengina’annye kates dimakan keluagh kates lagi. Due bulan die mikut proyek akhirnye balik keghumah kite, ngumungkah nak mikut tes tentra. Pas die pegi nak begawi meroyek badannye masih bunguk satelah balik luk tengkorak idup saje badannye. Laju gajinye due bulan cukup ndik mbungu’kah badan saje, baju sutik lagi diktebeli (diam-diam Madyan salut dengan perjuangan mamangnye ini).
Kalu nasib dik kah kemane-mane, sekali tes mamang lasung lulus njadi tentra. Bak dikpernah nitip kanye, apelagi nyogok nga duit serepiah kian lagi dikgalak, anye pesannye, harge diri kite jangan sampai tergadai dengan duit dan kesempatan, kalu potensi kite ade, galak beusaha, itulah taruhannye. Walhasil, mamang lulus jadi tentra, mungkin karne saingan dikit, njadi die mudah juge lulus.
Lah njadi tentra rupenye gajinye lum cukup ndik die sebulan-sebulan, mane die ngatur nak kawin pule. Akhirnye umak njualkah emas simpanannye ndik mbantu die kawin. Makcik waktu itu mpai honor ngajar lum banyak duitnye luk makini aghi. Bulan-kebulan udim kawin nga bibi’ akhirnye mamang naik pangkat, dan terus dipromosikah njadi komandan sampai mak ini die lah njadi jenderal. Retinye kalu lah kawin rezeki kite ni gancang betambah, nyelah dikde Mad…? (Madyan ngangguk-ngangguk saje) melodi gitarnye terus bedenting-denting, kadang tedengar melodi lagu kaos lampu. Pas sampai di bait “….jangan ncukah bebini due, selop jepang lagi diktebeli…” Aku senyum sughang disamping Kamaludin.
Lime belas taun di Pelimbang udem mamang njadi tentra, nga makcik yang bungsu lulus Unsri Fakultas Ekonomi, Bak balik jadi guru di dusun kite, sampai mak ini aghi. Selame di Pelimbang mamang ghapat bekirim-kirim surat, kadang nelpon Bak nga umak, ame kartu lebaran setiap tahun datang. Satelah di dusun jarang menagh ade surat, apelagi telpon. Kamaludin melanjutkah cerite…
Mad…pacak kabah dikde, ading bibi’ Yupi yang sempak’an numpak nga Marwan anak makwo yang bekebun di pagar embun mak ini aghi, lah njadi Letnan Satu, dik nyangke nian awak kecik kughus lulus njadi tentra. Udim tu, Wenny pona’an bibi’ yang sempak’an numpak nga Rogayah lah njadi dosen di Jakarta mak ini. Nah, kalu kabah lum pacak gadis putih alap yang kabah kinai siang tadi tu namenye Rusita die tu dang nyusun Skripsi, die tu anak dengasanak bibi’ tu. Cukah kalu Rogayah dulu tahan mikut mamang kalu lah njadi Dosen pule di Jakarta sane, dik kah balik ke dusun ini, njadi guru SD, itupun D2 di Semende inilah (Suaghenye merendah, seolah ade penyesalan). Abis itu die memetik gitar lagi sambil mendendangkan pantun Anak Umang.
Madyan, tekanjat dengan omongan dengasanaknye tentang Rogayah, karne sepengtahuan die dari ceritean makwo Rogayah dik tahan tinggal di ghumah mamangannye karne Bibi’ itu yang membuat dik tahan. Mujur nak dikuliahkah luk Wenny pona’an bibi itu, tamat SMA lagi lah untung. Bibi itu dik adil dengan keluarge sebelah mamang, contohnye dengan Rogayah itu die pelit bukan main, dan kalu bukan Bak yang ngirimi duit SPP mungkin Rogayah ini jadi pembantu saje di ghumah mamangnye itu dik tamat SMA. Cukup ndik makan tiap aghi saje, di dusun ini saje pacak kalu luk itu, fikiran Madyan mulai kritis.
Sehabis dengasanaknye bedendang Madyan langsung ngungkapkah pengetahuannye tentang Rogayah, yang menurut die Rogayah bukan dak pacak milui mamangnye sambil kuliah, karene die tahu Rogayah itu pintar dapat juara saje semenjak SD bahkan la sampai SMA, anye karne bibi’an yang berat sebelah mbuat die dik betah tinggal di ghumah mamangannye diwek. Apelagi dengan Marwan, die datang kesane dengan semangat njadi tentra, bahkan dengan pangkat paling rendah sekalipun die galak. Namun karne alasan die ade masalah bekas luke di ketingnye ahirnye die dik lulus dan yang lulus Yupi, pona’an bibi itu. Dasar Marwan jeme Semende yang dik kenal menyerah die ngulang tes tentra lagi tanpa pengetahuan mamangnye, dan akhirnye die lulus secaba keluar dengan pangkat Sersan Due. Namun karne die punye obsesi jadi pengusaha die berenti sate lah udim ikatan dinas dan bekebun kawe dan palawija di Pagar Embun, anak buahnye lah ade sebelas dan yang jadi penjage tokonye ade tige ughang.
Kamaludin tersenyum dengan respon adik kesayangannye ini, ternyata pancingannye berupa cerita-cerita tentang merajenye lah kene sasaran. Itulah Mad, sebenarnye yang tejadi dengan meraje kite ini, beliau ini hebat, pintar, dan tekenal. Anye setiap kelebihan pasti ade kekurangannye, salah satu kekurangan beliau ini dik bedaya ngatur bininye diwek, padahal die kepala rumah tangge. Singgenye keputusannye lebih besak dipengaruhi bininye, pun untuk mbantu keluargenye, apelagi kah mbangun dusun ini, jauh gi tangeh. Kina’ ilah, meraje kite ini jarang balik, lebaran saje ke ghumah bininye saje, jarang die lebaran balik nemui nineng, sampai mak ini nining lah matik gale tambah jarang die njengal ke dusun ini.
Die balik Cuma lime taun sekali saje, ape yang bemanfaat ndik kite? kite Cuma bangga saje dengan meraje bemubil BMW, bepangkat Jendral, ade spupu kuliah di Inggris, mane kite pacak, pendaiannye saje kite dik keruan. Tesantuklah dai betemu di jalan dik kah kenal li kite.
Balik Cuma ndik siarah, syukuran lah tamat S1, nak melanjut S2 anye jemenye ye diagukkah lagi dik balik, Ngganti nian retinye titu.
Seharusnye tu kalu lah gerut badah jeme tu, cukah ghapat juge balik dusun, kinakkah anak bininye nga jurai di dusun, mangke keruan. Lebaran tu balik, dik pule kite ni nak ancak-ancak’i nga mubil alap, bini alap, anak-anak bebase-base kota. Pentingye tu die tu datang silaturahmi. Jeme dusun kite ni bukan jeme dik bependidikan, Cuma nak jadi objek anca’-anca’an mubil alap, periasan alap, nga baju ngetren jaman mak ini. Karne yang itu dik begune nga kite. Ziarah ke kubur nining, puyangan, itu lebih bereti ndik jeme kite ni. Kalu mimang nak ngenjuk sedekah, silakan saje, anye dikde nak luk tepakse nga befikiran kalu jeme dusun tu gi mintak tulah kepacak’an. Dik bedie jeme kite ni mati kelapaghan di dusun ini.
Balik Cuma ndik siarah, syukuran lah tamat S1, nak melanjut S2 anye jemenye ye diagukkah lagi dik balik, Ngganti nian retinye titu.
Seharusnye tu kalu lah gerut badah jeme tu, cukah ghapat juge balik dusun, kinakkah anak bininye nga jurai di dusun, mangke keruan. Lebaran tu balik, dik pule kite ni nak ancak-ancak’i nga mubil alap, bini alap, anak-anak bebase-base kota. Pentingye tu die tu datang silaturahmi. Jeme dusun kite ni bukan jeme dik bependidikan, Cuma nak jadi objek anca’-anca’an mubil alap, periasan alap, nga baju ngetren jaman mak ini. Karne yang itu dik begune nga kite. Ziarah ke kubur nining, puyangan, itu lebih bereti ndik jeme kite ni. Kalu mimang nak ngenjuk sedekah, silakan saje, anye dikde nak luk tepakse nga befikiran kalu jeme dusun tu gi mintak tulah kepacak’an. Dik bedie jeme kite ni mati kelapaghan di dusun ini.
Ingatkalah pule li kabah, Mad…!!! (Kamaludin agak nekan suarenye).
Kalu kabah besak kele lah njadi jeme gerut, sepacak kabah naghik’i jeme kite ndik dijadikah “jeme”, ntah nak kabah jadikah pegawai, nak kabah sekulahkah, nak kabah njuk mudal, nak di njuk informasi mangke pacak die mandiri. Amen dik tu, kabah lum kah gerut ige, kalu kabah mbesakkah busung kabah sughang dindak bebagi.Anye dengan catatan sesuaikah saje nga kapasitas kabah, jangan makse dan tepakse. Kina’ilah jeme Medan, kance kakang di Pelimbang sane, uy… gerut nian kesatuan jemenye, ntah ngape laju mereka luk itu. Ame li ndie dik tau kite nak nyalahkanye jeme dighi, itulah kenyataannye. Mangke ndik pengetahuan kabah saje titu.
Kalu kabah besak kele lah njadi jeme gerut, sepacak kabah naghik’i jeme kite ndik dijadikah “jeme”, ntah nak kabah jadikah pegawai, nak kabah sekulahkah, nak kabah njuk mudal, nak di njuk informasi mangke pacak die mandiri. Amen dik tu, kabah lum kah gerut ige, kalu kabah mbesakkah busung kabah sughang dindak bebagi.Anye dengan catatan sesuaikah saje nga kapasitas kabah, jangan makse dan tepakse. Kina’ilah jeme Medan, kance kakang di Pelimbang sane, uy… gerut nian kesatuan jemenye, ntah ngape laju mereka luk itu. Ame li ndie dik tau kite nak nyalahkanye jeme dighi, itulah kenyataannye. Mangke ndik pengetahuan kabah saje titu.
Dik teghase, jam lah nunjukkah jam sepuluh kurang lime belas menit. Makmane, njadi kabah kah ke Ghumah makwo Nggaghi mamang…? Pailah, kah ku antat…! Ah, kamu ni, ame lah jam mak ini malam ige, dik kah lame agi Bak nga Umak lah balik pule. Kate kabah nak betemu nga mamang? Ame urung aku nak sembayang Isyak, ame kah laju pailah.(Kamaludin serius, dalam atinye, kabah-kabh, kabah tu adingku, keruan ige kendak kabah, nak betemu nga mamang nak minta duit, mangkenye jam mak ini kuajak mangke dikbetemu agi nga mamang, karne die lah ngulang malam inilah ke Jakarta, sape agi kah ngenjuk’i kabah duit, Ncengis saje die nginai tingkah ading bungsunye yang masih polos rela berkorban nunggui die becerite hanya ndik di antat betemu nga meraje ye balik aghi, sian pule die nginaknye).
Karne Madyan, masih tingat nga duit ndik nggenti geling lengit tadi, laju dengan semangat die njawab: Pailah dik kah ngape agak malam dikit…! Ude ame kate kabah mak itu, pailah. Masukkalah gitar ni ke kamar. Belum sampai keluagh pintu kamar, Umak nga Bak lah di depan duaghe lah masuk mbawe bungkusan gulai baguk. Sayup-sayup tedengagh mamang lah berangkat malam inilah langsung ke Jakarta lewat lahat. Karne nak singgah kudai keghumah bibi’ selame tige hari tige malam disane.
Sambil makan mihun goreng bawe an umak, aku dinjuk lipatan kertas dik taunye isinye duit lime ribu. Nah, madyan ini njuk’an mamang ndik dengah, katenye ndik mbeli geling. Anye jangan abiskah gale, sisakah ndik tabungan dengah, katenye dengah nak kuliah, nambunglah mpung gi masih kecik…. suage umak lembut nian dik tau melupekanye Au, mak, timkaseh. Kuambek duit itu, atiku senang nian asenye, sambil betanye-tanye dimane mamang pacak kalu aku nak mbeli geling. Mamang ni hebat nian fikirku, aku berhayal lagi.
Di dapur umak ngumung nga Kamaludin, “duit Madyan tu dik nak dengah Kici’i, itu tu duit umak, nggenti geling umban di tebat tadi. Bukan njuk’an mamang dengah, kele dengah kicik’i ndik mbeli papir rukuk. Kalu die pacak titu duit umak pacak marah-marah die nga mamangan dengah. Karne die tadi lah cerite waktu umak nyuapi die karne mamanglah die lengit geling-gelingnye di tebat.
Ternyate umak masih terus njage hubungan anak-anaknye dengan adik kesayangannye mangke dik bedik’mak’an. Walaupun die keruan gale dengan sifat-sifat bini mamangannye yang berat sebelah dengan keluargenye. Bahkan die dik pernah mengungkit jasa-jasa yang lah dinjukkanye sampai ding beghading umak lah njadi sarjana, guru, bahkan sudah njadi Jenderal dengan anak-anaknye. Die takut anak-anaknye akan menjadi pamrih dan tidak ikhlas berbuat kebaikan, karena itu tidak boleh
Sementara itu di ruang tamu, Madyan nga Bak dang asyik-asyik cerite-cerite tentang buku cerite “Si Memed” yang barusan seminggu yang lalu dibelikannye. Die nyuruh Madyan nceritekah lagi bacean ye lah dibacekanye nga bak sebagai pendengarnye. Sekali-sekali bak ngenjuk pengarahan dan cara becerite. Persis waktu die ngajar di kelas. Dan Madyan murid privatenye. Bandul jam sudah berdentang sebelas kali, Madyan tampak terlelap dipangkuan Bak, dengan hati-hati diangkatnye ke kamar dan ditidukah di pucuk dipan yang udim dipasangi karpet anti kemih kasur. Soalnye walau lah kelas lime SD, Madyan masih galak kemih tikagh nga sekali-sekali umban di ranjang. Malam itu Madyan bermimpi sudah mengenakan seragam berpangkat bintang empat sedang Macul di sawah tunggu tubang.
sumber : http://kdr-kedurang.blogspot.co.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar