Kamis, 02 Februari 2017

ALERGI OBAT

alergi obat

Alergi Obat Alergi obat adalah reaksi alergi dimana sistem kekebalan tubuh bereaksi secara berlebihan (abnormal) terhadap obat-obatan tertentu yang di konsumsi oleh seseorang. Beberapa jenis obat termasuk obat yang dijual bebas ataupun resep dokter bisa berpotensi menimbulkan alergi terhadap orang yang sensitif terhadap obat tersebut, jadi bisa saja obat A menimbulkan alergi bagi si B namun tidak menimbulkan reaksi alergi bagi si C. Beberapa Tanda-tanda atau ciri-ciri alergi obat yang paling sering adalah gatal-gatal, ruam pada kulit, dan bisa juga demam. Beberapa reaksi alergi obat bahkan dapat parah dan mengancam jiwa. Gejala Alergi Obat Kebanyakan reaksi alergi obat muncul beberapa menit setelah minum obat. Akan tetapi, reaski alergi obat juga bisa muncul setelah beberapa hari bahkan minggu setelah minum obat. Ciri-ciri atau Gejala alergi obat antara lain: Ruam kulit Gatal Gatal-gatal biduran/kaligata (urtikaria) Demam Wajah bengkak / sembab Sesak napas Anafilaksis, reaksi yang mengancam jiwa Anafilaksis jarang terjadi, tetapi kondisi tersebut merupakan reaksi alergi obat yang paling serius dan merupakan keadaan darurat medis. Gejala anafilaksis biasanya mulai dalam beberapa menit setelah terpapar obat. Tanda dan gejala anafilaksis diantaranya: Penyempitan saluran napas dan tenggorokan, menyebabkan kesulitan bernapas (SESAK) Shock, dengan penurunan tekanan darah Nadi cepat dan lemah Mual, muntah atau diare Pusing, rasa melayang atau kehilangan kesadaran Jika terjadi reaksi anafilaksis terhadap obat, itu artinya sistem kekebalan tubuh Anda merespon obat dengan menganggaonya sebagai zat berbahaya. Hal ini menyebabkan pelepasan histamin dan bahan kimia lainnya yang menyebabkan gejala alergi. Sistem kekebalan tubuh Anda kemudian menjadi kunci untuk bereaksi dengan cara yang sama jika Anda minum obat lagi (yang sama) di kemudian hari. Namun, perubahan sistem kekebalan tubuh dari waktu ke waktu bisa saja terjadi dan akhirnya mungkin saja alergi obat tidak terjadi lagi. Anafilaksis merupakan kondisi kegawatdaruratan medis sehingga pasien harus segera di bawa ke UGD untuk mendapatkan pertolongan segera. Macam-Macam Obat Penyebab Alergi Alergi obat terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru mengidentifikasi obat seolah-olah obat tersebut merupakan zat berbahaya. Sistem kekebalan tubuh kemudian bereaksi terhadap obat. Bahan kimia yang dilepaskan oleh reaksi ini (histamin, dkk) menyebabkan tanda-tanda dan gejala yang berhubungan dengan reaksi alergi. Tidak jelas mengapa beberapa orang memiliki alergi obat atau reaksi obat yang merugikan sedangkan orang yang lainnya tidak. Sifat mewarisi mungkin memainkan peran, bersama dengan faktor lingkungan dan konsumsi sejumlah obat dari waktu ke waktu. Berikut beberapa obat yang berpotensi menimbulkan alergi : Alergi antibiotik Alergi obat antibiotik yang sering disebabkan oleh penisilin, antibiotik terkait erat dengan penisilin dan antibiotik yang mengandung sulfonamid (Alergi sulfa). Antibiotik juga dapat menyebabkan reaksi nonallergic (reaski obat bukan alergi) seperti mual atau diare. Alergi Vaksin Alergi terhadap Vaksin Jarang terjadi, reaksi alergi ini terjadi setelah vaksinasi. Dalam kasus-kasus tertentu, reaksi alergi dapat disebabkan oleh vaksin itu sendiri, tetapi lebih sering reaksi alergi dipicu oleh bahan-bahan lain dalam vaksin seperti telur atau neomycin. Reaksi nonallergic terhadap vaksin, seperti kemerahan dan gatal-gatal, tetapi biasanya tidak parah dan gejala membaik dengan cepat. Reaksi obat nonallergic Dalam banyak kasus, apa yang tampaknya menjadi alergi obat sebenarnya adalah reaksi yang tidak melibatkan sistem kekebalan tubuh. Meskipun mungkin tampak seperti alergi, reaksi obat dapat merupakan efek samping obat atau tanda-tanda kepekaan terhadap obat – bukan reaksi alergi. Beberapa contoh obat yang sering menyebabkan reaksi nonallergic meliputi: Kontras X-ray. Beberapa orang sensitif terhadap kontras intravena (IV) yang digunakan dalam pemeriksaan rongsen. Reaksi ini dapat menyebabkan gatal-gatal, kemerahan dan penurunan tekanan darah. Aspirin dan pereda nyeri lainnya. Pada beberapa orang, aspirin, ibuprofen (Advil, Motrin), naproxen (Aleve, Naprosyn) dan lain-lain, dapat menyebabkan kesulitan bernapas, mengi dan gatal-gatal. Antibiotik. Beberapa antibiotik sering menimbulkan reaksi seperti sakit perut atau diare. Obat tekanan darah tinggi. ACEI contohnya captopril kadang menyebabkan batuk dan pembengkakan pada bibir, lidah dan wajah. Penatalaksanaan dan pengobatan Alergi obat Cara mengatasi alergi obat yaitu dengan cara menghentikan pemakaian obat yang menyebabkan alergi. Diperlukan juga obat untuk meredakan gejala atau reaksi yang serius yang ditimbulkan akibat alergi obat. Reaksi ringan seperti ruam atau gatal-gatal dapat diatasi dengan pemberian antihistamin seperti CTM, difenhidramin, interhistin, cetirizin, loratadin, dll. Reaksi serius mungkin memerlukan pengobatan dengan kortikosteroid oral atau suntik. Segera ke IGD jika muncul gejala ruam parah atau gatal-gatal, bengkak, sesak napas, pusing, atau tanda-tanda lain atau gejala dari reaksi anafilaksis. Anafilaksis merupakan keadaan darurat yang membutuhkan suntikan epinefrin segera dan perawatan di rumah sakit untuk menjaga tekanan darah dan pernapasan. Desensitisasi Dalam beberapa kasus, kepekaan terhadap obat dapat dikurangi dengan memulai dengan dosis kecil dan secara bertahap meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini dilakukan dengan pengawasan medis. Secara umum, hal ini dilakukan hanya bila Anda alergi terhadap suatu obat dan alternatif untuk obat tersebut tidak tersedia. Cara mencegah Alergi obat Jika anda sudah pernah mengalami alergi obat dan anda tahu persis nama obat tersebut jangan sekali-kali meminum kembali obat tersebut, dan beritahu dokter setiap kali anda berobat agar obat yang diberikan nantinya tidak mengandung obat yang menimbulkan alergi untuk anda. Jika Anda tidak tahu apakah ada alergi atau tidak, tes kulit (skin test)dapat membantu mencari tahu dengan pasti. Pengujian alergi penisilin umumnya lebih dapat diandalkan daripada tes kulit untuk alergi terhadap obat lain.





sumber : http://mediskus.com/penyakit/imunologi/alergi-obat




Penyebab Alergi Penggunaan Antibiotik Dan Cara Mengobati Alergi Antibiotik

PENYEBAB ALERGI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK


Antibiotik digunakan untuk mencegahmengobati,dan mengelola infeksi yang disebabkan oleh berbagai bakteri.Mengkonsumsi antibiotikuntuk mengobati hampir semua masalah kesehatan sudah menjadi cara normal penangananinfeksi dan penyakitKataantibiotik berasal dari dua kata Yunani, anti dan biosyang berarti melawan dan kehidupan masing-masing.
  

Alergi antibiotik
Obat antibiotik berasal dari seluruhnya atau sebagian dari strain bakteri atau jamurKetikabakteri menyerang tubuh, menyebabkan gangguan fungsinyadan sistem kekebalan tubuhmelemah untuk melawannyaantibiotik yang kuat yang diresepkan untuk membantu sistem kekebalan tubuhIni mungkin membunuh bakteri atau menghambat pertumbuhan mereka.Sebuah catatan yang perlu diingat adalah bahwa antibiotik hanya dapat mengurangi infeksi yang disebabkan oleh bakteridan bukan oleh virus yang menyebabkan pilek dan flu.Ketika digunakan secara tepatantibiotik dapat menyelamatkan nyawatetapi dapat menyebabkan komplikasi jika digunakan sembaranganNamun, ada saat-saat ketika tubuhmenghasilkan reaksi yang tidak diinginkan terhadap antibiotikbahkan ketika digunakandengan hati-hati.


gejala alergi antibiotik

Reaksi alergi terhadap antibiotik sangat tergantung pada jenis dan jumlah antibiotik dipakai.Dalam kebanyakan kasusgejala alergi antibiotik terjadi setelah 24 jamBerapa lama reaksi alergi yang terakhir adalah seringkali pertanyaan pertama yang terlintas dalam pikiran ketika seseorang mulai mengalami alergiIni biasanya berlangsung selama beberapa jamsetelah mengambil pengobatanGejala berikut yang diamati dalam kasus alergi antibiotik.

Ruam yang menyakitkan baik dalam bentuk sederhana atau gatal-gatal
Kemerahan, pembengkakan dan gatal-gatal
Letusan cairan ringan
Kesulitan bernapas
Batuk
Kesulitan dalam menelan makanan
Mual dan muntah
Syok anafilaksis merupakan reaksi alergi yang sangat serius yang memerlukan perhatian dokter segeraIni bisa membuktikan menjadi fatal, jika ada yang tidak stabil dan diberikanperawatan medis yang sesuai.


Reaksi alergi terhadap antibiotik pada anak-anak juga mirip dengan yang disebutkan di atasMereka dapat mengalami serangan diare dan juga ketidaknyamanan di perut.Amoksisilin dan ampisilin dua antibiotik umum diresepkan untuk anak-anak yang dapat menyebabkan reaksi alergiOrang tua tidak boleh memberikan anak-anak dan bayiantibiotik tanpa resepdan harus menginformasikan kepada dokter dalam kasus reaksi alergi yang dialami.

Risiko alergi antibiotik

Beberapa orang memiliki kemungkinan lebih tinggi terkena alergi antibiotikIni termasukorang-orang dalam kelompok usia 20-49 tahundan orang-orang yang rentan terhadap alergi umum atau memiliki beberapa alergi antibiotik lainnyaOrang yang memiliki penyakit kronis atau memiliki anggota keluarga yang menderita alergi antibiotik juga rentan terhadapreaksi alergi tersebut.


Diagnosa alergi antibiotik

Diagnosis alergi antibiotik dilakukan dengan melakukan tes tertentu pada individu yang sensitifDokter bertanya tentang riwayat kesehatan seseorang dan reaksi alergisebelumnya. Setelah melakukan pemeriksaan fisik, ia mengatur salah satu dari tes berikut.

Kulit Uji PatchSebuah patch antibiotik ditempatkan pada kulit dan dibiarkan selama 2 hari.Kemudian, ia diperiksa untuk munculnya reaksi alergi.
Kulit Prick Test: kulit lengan bawah dengan lembut ditusuk dengan jarumdan sejumlahantibiotik ditempatkan di atasnya. Obat ini dihapus setelah beberapa waktu dan reaksidiamati dan dicatat.
Antibiotik Tantangan Test: Meningkatkan dosis antibiotik diberikan kepada pasien untuk memeriksa munculnya tanda-tanda alergi.
Intradermal Test: Antibiotik dalam bentuk cair disuntikkan secara intradermal (di bawahpermukaan kulituntuk mencari alergi antibiotik.


Cara mengobati alergi antibiotik

Langkah terpenting terhadap pengobatan alergi antibiotik untuk menghentikan antibiotikdan segera mencari perawatan medisDurasi pengobatan Anda dan tentu saja akan tergantung pada tingkat keparahan gejala alergi.
Ruam sederhana diperlakukan dengan antihistamin dan / atau kortikosteroid yang dikombinasikan dengan menenangkan emolien untuk mengontrol gatal dan mengurangi peradangan dan kemerahan.
Untuk mengontrol batukmengi dan sesak napas dokter meresepkan inhaler.
Syok anafilaktik umumnya diobati dengan injeksi epinefrin.

Orang tua harus memperhatikan gejala dan harus mencari tahu apakah anak merekaalergi terhadap antibiotik. Reaksi alergi terhadap antibiotik tidak boleh diabaikan.Konsultasikan dengan dokter jika Anda melihat reaksi alergiJika anda mengikuti kursuspengobatan tertentusangat penting bagi kesehatan Anda.
 




sumber : http://cara-ngatasi.blogspot.co.id/2013/07/penyebab-alergi-penggunaan-antibiotik-dan-cara-mengobati-alergi-antibiotik.html

Mekanisme kerja Cefotataxim

Cara Kerja Obat:
Cefotaxime adalah kelompok obat yang disebut cephalosporin antibiotics. Cefotaxime bekerja dengan cara memperlemah dan memecah dinding sel, membunuh bakteri. Cefotaxime digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri, termasuk keadaan parah atau yang mengancam nyawa. 



Sediaan dan Komposisi:
  • Cefotaxime 500 mgTiap vial mengandung: Cefotaxime sodium setara dengan cefotaxime 500 mg
  • Cefotaxime 1 gTiap vial mengandung: Cefotaxime sodium setara dengan cefotaxime 1.000 mg



Indikasi:
Infeksi saluran pernafasan bagian bawah, infeksi saluran kemih dan kelamin, infeksi kulit & jaringan lunak, infeksi dalam perut, infeksi tulang dan sendi, infeksi susunan saraf pusat, infeksi kandungan, infeksi sebelum atau sesudah operasi, bakteremia (beredarnya bakteri dalam darah) atau septikemia (keracunan darah oleh bakteri patogenik dan atau zat-zat yang dihasilkan oleh bakteri tersebut).

Kontraindikasi
-           Penderita dengan riwayat hipersensitif terhadap antibiotik cephalosporin.
-           Penderita gagal ginjal yang berat.

Dosis:
  • Dewasa dan anak > 12 tahun : 1 gram setiap 12 jam. Pada infeksi berat : 2 kali 2 gram/hari biasanya cukup. Jika diperlukan dosis yang lebih besar, interval pemberian obat dapat diperpendek menjadi setiap 6 - 8 jam.
  • Bayi dan anak-anak : 50 - 100 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 2 - 4 dosis yang setara. Pada infeksi yang mengancam jiwa dapat digunakan dosis sampai 200 mg/kg BB/hari. • Karena pada bayi prematur, klirens renal belum berkembang sempurna, dosis perhari tidak boleh melampaui 50 mg/kg BB.
  • Untuk profilaksis perioperatif, dosis awal diberikan 30 - 60 menit sebelum pembedahan dimulai. Tergantung dari resiko infeksi, dosis serupa dapat diulang.
  • Untuk terapi gonore non-komplikata pada orang dewasa, dosis tunggal Cefotaxime 1 gram diberikan intramuskular. Pada bakteri yang kurang sensitif mungkin diperlukan peningkatan dosis. Pasien harus diperiksa terhadap kemungkinan infeksi sifilis sebelum terapi dimulai.
  • Dosis pada gangguan fungsi ginjal. Bila klirens kreatinin < 5 mL/menit, dosis pemeliharaan perlu dikurangi sampai separuh dosis normal. Dosis awal tergantung dari sensitivitas patogen dan kegawatan infeksi. Rekomendasi dosis adalah berdasarkan pengalaman pada orang dewasa.


Cara pemakaian:
Cara pemberian obat sebaiknya melalui intravena (langsung pada vena atau bagian dari katup selang infus), walaupun pemberian dapat pula dilakukan secara intramuskular. Pada pemberian intramuskular injeksi harus disuntikkan dalam-dalam pada otot gluteal. Disarankan injeksi intramuskular pada satu sisi yang sama tidak melebihi 4 mL (sekitar 1gram Cefotaxime).

Peringatan dan Perhatian:
  • Pada pasien yang hipersensitif terhadap penicillin ada kemungkinan terjadi sensitivitas silang. - Hati-hati pemberian pada wanita hamil.
  • Hati-hati bila diberikan pada penderita dengan riwayat penyakit gastrointestinal terutama kolitis.
  • Cefotaxime diekskresikan dalam air susu ibu sehingga penggunaannya sebaiknya hati-hati pada ibu menyusui.
  • Agar dilakukan pemeriksaan hitung darah pada penderita yang mendapatkan pengobatan lebih dari 10 hari dan pengobatan dihentikan jika timbul neutropenia.
  • Interaksi obat : penggunaan bersamaan dengan diuretik kuat, probenesid, obat yang berpotensi nefrotoksik (misal Aminoglikosid).
  • Efek pada parameter laboratorium.
  • Walaupun jarang, hasil tes Coombs positif palsu dapat dihasilkan pada pasien yang diberi Cefotaxime.
  • Hasil positif palsu mungkin diperoleh dari glukosa urin, bila itu ditentukan dengan metode reduksi. Hal ini dapat dihindari dengan menggunakan metode enzimatik.


Efek Samping:
Gangguan saluran pencernaan; reaksi hipersensitivitas; superinfeksi, rasa sakit/nyeri pada tempat penyuntikan, flebitis (radang pembuluh balik), leukopenia yang bersifat sementara, eosinofilia, neutropenia.





sumber : http://sarjanakesehatan.blogspot.co.id/2014/01/mekanisme-kerja-cefotataxim.html